Seorang guru yang berusaha mengajarkan tanpa menginspirasi muridnya dengan keinginan untuk belajar adalah seperti memalu besi dingin”. (Horace Mann) "Tanda terbesar kesuksesan seorang guru adalah ia bisa mengatakan, 'Anak-anak sekarang bisa bekerja sendiri seolah-olah saya sudah tidak ada.' " (Maria Montessori)
Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim. Menjadi pribadi yang berilmu menjadikan diri kita memiliki derajat yang lebih tinggi. Kewajiban menuntut ilmu sendiri telah dianjurkan dalam banyak shallallahu alaihi wa sallam bersabda,طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim” HR. Ibnu Majah no. 224, dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu anhu, dishahihkan Al Albani dalam Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir no. 3913Allah Ta ala berfirmanإِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ“Sesungguhnya ucapan orang-orang yang beriman apabila diajak untuk kembali kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul itu memberikan keputusan hukum di antara mereka hanyalah dengan mengatakan, “Kami mendengar dan kami taat”. Dan hanya merekalah orang-orang yang berbahagia.” QS. An-Nuur [24] 51.Baca juga;Dosa yang Tak TerampuniSumpah Pocong Dalam IslamPenyebab Terhalangnya Jodoh dalam IslamCara Menghindari Pelet Menurut Islamhukum akad nikah di bulan ramadhanIbnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah berkata, وَقَوْله عَزَّ وَجَلَّ رَبّ زِدْنِي عِلْمًا وَاضِح الدَّلَالَة فِي فَضْل الْعِلْم ؛ لِأَنَّ اللَّه تَعَالَى لَمْ يَأْمُر نَبِيّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِطَلَبِ الِازْدِيَاد مِنْ شَيْء إِلَّا مِنْ الْعِلْم ، وَالْمُرَاد بِالْعِلْمِ الْعِلْم الشَّرْعِيّ الَّذِي يُفِيد مَعْرِفَة مَا يَجِب عَلَى الْمُكَلَّف مِنْ أَمْر عِبَادَاته وَمُعَامَلَاته ، وَالْعِلْم بِاَللَّهِ وَصِفَاته ، وَمَا يَجِب لَهُ مِنْ الْقِيَام بِأَمْرِهِ ، وَتَنْزِيهه عَنْ النَّقَائِض“Firman Allah Ta’ala yang artinya,’Wahai Rabb-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu’ mengandung dalil yang tegas tentang keutamaan ilmu. Karena sesungguhnya Allah Ta’ala tidaklah memerintahkan Nabi-Nya shallallahu alaihi wa sallam untuk meminta tambahan sesuatu kecuali tambahan ilmu. Adapun yang dimaksud dengan kata ilmu di sini adalah ilmu syar’i. Yaitu ilmu yang akan menjadikan seorang mukallaf mengetahui kewajibannya berupa masalah-masalah ibadah dan muamalah, juga ilmu tentang Allah dan sifat-sifatNya, hak apa saja yang harus dia tunaikan dalam beribadah kepada-Nya, dan mensucikan-Nya dari berbagai kekurangan”. Fathul Baari, 1/92Belajar tanpa guru bisa menyebabkan kesesatanMempelajari suatu agama, terutama agama Islam hendaknya dilakukan melalui guru. Meskipun saat ini banyak sekali teknologi yang semakin memudahkan seseorang untuk belajar agama, tapi hendaknya tetap memiliki guru untuk mendapatkan pengajaran agama yang tanpa guru dikhawatirkan akan terjerumus ke dalam ajaran yang salah. Mempelajari agama Islam tanpa guru menyebabkan kebingungan bagi diri sendiri karena tidak adanya keteguhan dalam belajar. Maka dari itu hukum belajar agama tanpa guru tidak Abu Yazid al Bustamiy wafat 261 H, seorang sufi[1] bermadzhab Hanafi mengatakanمن لم يكن له شيخ فشيخه الشيطان “Barangsiapa tidak memiliki guru maka gurunya adalah syaithan.” Tafsir Rûhul Bayân, 5/264.Baca jugahukum sholat jumat bagi wanitahukum meninggalkan shalat jumathukum menggambar makhluk hiduphukum perceraian dalam islamhukum mencium kaki ibu dalam islamhukum aqiqah dalam islamAllah berfirman, “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggung jawabannya.” QS. Al-Israa’36Bahaya belajar tanpa guruBahaya dari belajar tanpa guru juga terdapat dalam sebuah cerita. Tuma al-Hakim adalah seorang tabib dokter yang menjadi simbol kebodohan pada masa itu. Ayahnya adalah seorang dokter. Setelah orang tuanya meninggal dunia, ia mewarisi banyak buku kedokteran milik orang tuanya tersebut. Ia pun sibuk menelaah buku-buku tersebut, dan dia membaca dibuku tersebutالحَبَّةُ السَّوْدَاءَ شِفَاءٌ مِنْ كُلِّ دَاءٍ habbatusauda jintan hitam adalah obat untuk segala penyakit HR. al BukharyNamun ternyata kitab yang ia baca sudah usang atau mengalami kesalahan saat ditulis, sehingga satu titik huruf ba menjadi dua titik, jadilah dia bacaالحَيَّةُ السَّوْدَاءَ شِفَاءٌ مِنْ كُلِّ دَاءٍyang artinya adalah ular hitam adalah obat untuk segala jugafiqih pernikahanpengertian mahrammuhrim dalam islamwanita yang haram dinikahikewajiban suami terhadap istriDalam satu riwayat lain, akhirnya ia meninggal dunia karena digigit ular hitam saat pergi mencarinya untuk obat, sedangkan dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa ia menyebabkan kematian banyak orang karena memberi mereka obat yang terbuat dari olahan ular kisah di atas menunjukkan bahwa betapa bahayanya jika seseorang menelaah suatu ilmu tanpa seorang guru yang berpengalaman. Bukan hanya kesesatan bagi diri sendiri, tapi juga menyebabkan kesesatan bagi orang seseorang yang telah tersesat dalam mempelajari ilmu agama, maka tidak akan mendapatkan manfaat shallallahu alaihi wasallam bersabda,مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini urusan agama yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak” HR. Bukhari no. 2697 dan Muslim no. 1718Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam setiap memulai khutbah biasanya beliau mengucapkan,أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ“Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah perkara agama yang diada-adakan, setiap perkara agama yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan” HR. Muslim no. 867Dalam riwayat An Nasa’i,مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَلا مُضِلَّ لَهُ ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلا هَادِيَ لَهُ ، إِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا ، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya. Dan yang disesatkan oleh Allah tidak ada yang bisa memberi petunjuk padanya. Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah perkara agama yang diada-adakan, setiap perkara agama yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan dan setiap kesesatan tempatnya di neraka” HR. An Nasa’i no. 1578, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan An Nasa’iBaca jugaFadhilah SholawatFadhilah BismillahAmalan penghapus Dosa ZinaPenyebab Doa Tidak Dikabulkan Allah SWTManfaat Shalawat NariyahDalam riwayat lain dikatakan,إِنَّهُمْ مِنِّى . فَيُقَالُ إِنَّكَ لاَ تَدْرِى مَا بَدَّلُوا بَعْدَكَ فَأَقُولُ سُحْقًا سُحْقًا لِمَنْ بَدَّلَ بَعْدِى“Wahai Rabb, sungguh mereka bagian dari pengikutku. Lalu Allah berfirman, Sungguh engkau tidak tahu bahwa sepeninggalmu mereka telah mengganti ajaranmu”. Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengatakan, “Celaka, celaka bagi orang yang telah mengganti ajaranku sesudahku”HR. Bukhari no. 7050.Itulah hukum belajar agama tanpa guru dalam Islam. Demikianlah artikel yang singkat ini. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
PilarPertama, Belajar dari Guru. Tiga rukun menuntut ilmu agama ini harus dipenuhi secara urut. Posisi guru berada di urutan pertama. Lantaran, pemula atau awam tidak akan mampu memahami permasalahan-permasalahan keagamaan tanpa bimbingan orang lain. Selain itu, semangat belajar dari guru juga merupakan implementasi dari tradisi belajar
Mempelajari agama Islam merupakan kewajiban bagi setiap pemeluknya. Dalil-dalil dari al-Qur’an dan as-Sunnah telah banyak menunjukkan tentang wajibnya ibadah yang satu ini. Hari ini setiap orang yang ingin mempelajari Islam dapat dengan mudah melakukannya. Kemajuan dunia teknologi dan berkembangnya dunia tulis-menulis khususnya buku-buku agama Islam membuat setiap orang bisa kapan saja dan dimana saja mempelajari agamanya. Akan tetapi ada satu hal yang perlu diperhatikan belakangan ini, beberapa orang merasa cukup untuk belajar dari buku-buku dan tulisan-tulisan yang beredar di berbagai media, tanpa perlu bimbingan seorang guru. Apakah hal ini tepat bagi seorang muslim dalam mempelajari agama-Nya, khususnya para penuntut ilmu ? Simak paparan berikut Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah dalam Kitabul Ilmi menjelaskan bahwa seseorang penuntut ilmu hendaknya memiliki guru dan tidak membiarkan dirinya belajar sendiri tanpa bimbingan. Seseorang yang memiliki guru akan memperoleh beberapa manfaat, diantaranyaMenemukan metode yang mudah dalam belajar. Dia tidak perlu bersusah payah memahami sebuah kitab untuk melihat apa pendapat yang paling kuat dan apa sebabnya, demikian pula apa pendapat-pendapat yang lemah dan alasannya. Ketika seseorang memiliki guru, maka guru itu yang akan mengajarinya dengan metode yang lebih mudah. Guru itu akan menjelaskan perbedaan pendapat di kalangan ahli ilmu, manakah pendapat yang terkuat beserta dalil-dalilnya. Tidak diragukan lagi, hal ini sangat bermanfaat bagi penuntut cepat paham. Seorang penuntut ilmu jika membaca di hadapan gurunya akan lebih cepat mengerti dibandingkan jika mempelajari sendiri. Jika dia hanya membaca seorang diri, boleh jadi ia akan menemukan istilah-istilah baru yang sulit untuk dipahami dan membutuhkan usaha serta pengulangan yang memakan waktu dan tenaga. Bahkan bisa jadi dia jatuh dalam kesalahan saat memahaminyaAdanya hubungan yang terjalin antara penuntut ilmu dan para ulama. Maka dari itu membaca sebuah buku di hadapan para ulama lebih bermanfat dan lebih utama daripada membacanya kesempatan lain, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin ditanya tentang sebuah ungkapan yang berbunyi مَنْ كَانَ شَيْخُهُ كِتَابَهُ فَخَطَئُهُ أَكْثَرْ مِنْ صَوَابِهِ“Barangsiapa yang gurunya adalah bukunya, maka kesalahannya lebih banyak daripada benarnya”.Syaikh mengatakan bahwa perkataan ini tidaklah benar maupun salah secara mutlak. Akan tetapi seseorang yang belajar dari sebuah buku dan orang-orang yang dikenal dengan ilmunya serta dapat dipercaya dalam menyampaikan ilmunya secara bersamaan maka hal ini dapat meminimalisir kesalahan yang terjadi. Wallahu A’lam.***Referensi Kitabul Ilmi, cetakan pertama, tahun 1417 H. Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin. Penerbit Dar Tsaraya, Riyadh. Jelang Dzuhur, STAI Ali bin Abi Thalib15 Jumadil Ula 1437 / 24 Februari 2016Penulis Noviyardi AmarullahArtikel

Puisiperpisahan sekolah biasanya merupakan persembahan yang berisi curahan hati untuk guru maupun untuk teman sejawat. Berikut ini beberapa contoh puisi perpisahan sekolah. GURUKU PAHLAWANKU. Guru. Engkau bagaikan cahaya. Yang menerangi jiwa. Dari segala gelap dunia. Engkau terangi kami. dengan lentera ilmu mu.

Mangunwijaya pernah mengatakan, “Guru bagaikan bidan yang membantu lahirnya perkembangan karakter, pengetahuan, dan keterampilan yang dibawa oleh masing-masing anak.” Setiap anak sejatinya memiliki kecerdasan yang amat spesial. Mereka memiliki modal dasar dalam tumbuh kembangnya sebagai manusia. Tugas pendidikan adalah memupuk bakat anak kita dan mengawal kecerdasannya tumbuh optimal. Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa tugas seorang guru adalah menyelam ke jiwa anak. Dengan menyelam ke jiwa anak, guru dapat menuntun anak memahami diri dan lingkungannya. Guru dapat mendorong anak didiknya mengoptimalkan apa yang menjadi kecerdasan yang menonjol pada diri anak itu. Baca juga Guru Menurut Willem Iskander Peran Guru Peranan seorang guru bukanlah hal yang mudah. Menjadi guru memerlukan kesabaran dan cinta kasih. Kerja seorang guru tidak sekadar menyiapkan pembelajaran dan mendidik anak didiknya. Kerja guru adalah mendidik anak sesuai kodrat alam. Artinya guru tidak boleh melupakan dasar alamiah anak sebagai makhluk bermain. Mereka anak-anak harus diajak sebisa mungkin terus merasakan senang dan gembira dalam belajar. Dalam belajar di sekolah itu pula guru mesti memahami kodrat alam atau situasi zaman yang melingkupi si anak didik. Semakin ke depan tantangan pendidikan menjadi tidak mudah. Ruang belajar yang semakin modern dan tak seluas dulu, tangan dan kaki anak-anak kita tidak seperti anak-anak di masa lalu yang akrab dengan alam. Mereka anak-anak sekarang adalah anak yang intim dengan gadget dan ponsel pintar, pergaulan mereka juga tidak seluas anak-anak di masa lalu. Televisi menjadi teman keseharian yang sering dipeluk ketimbang pohon dan juga hewan-hewan di persawahan. Anak-anak kita semakin jauh berjarak kepada kebudayaannya sendiri. Gamelan, gendhing, serta kesenian tradisional kepunyaan mereka makin tak bisa dijangkau dan berjarak. Dalam keadaan seperti itulah, peranan guru diperlukan. Ki Hajar Dewantara [1927] telah menyindir keras situasi ini puluhan tahun lampau. Ia mengatakan, ” Kita hidup seperti orang yang menumpang di hotel kepunyaan orang lain, tak mempunyai nafsu akan memperbaiki atau menghiasi rumah yang kita tempati, karena tak ada perasaan bahwa rumah itu rumah kita. Hidup kita seperti di hotel asal makan, enak tidak enak, dapat plesir-plesir, sudah cukup, itulah hidup orang borjuis.” Kebudayaan dan khazanah tradisional yang kita punya yang sarat nilai hidup dan kearifan telah semakin terkikis di mata anak didik kita. Bila guru pun tidak memiliki pengetahuan dan kepedulian akan budayanya sendiri bisa dibayangkan bagaimana nasib kebudayaan kita di masa depan. Kita mesti belajar tentang jawa ke Belanda maupun indonesianis Amerika. Muatan lokal dan kekayaan kebudayaan Indonesia memang telah menempati posisi pinggir. Ini disebabkan kurikulum kebudayaan di pendidikan Indonesia tak terlampau digubris oleh pemerintah. Budayawan Radar Panca Dahana memberi kritik tajam terhadap situasi ini. Peminggiran dan penempatan kebudayaan dalam arus besar program pemerintah menjadi bukti bahwa kebudayaan tidak menjadi prioritas dalam pembangunan manusia Indonesia. Mungkinkah Sekolah Tanpa Guru? Tradisi guru-murid dalam pendidikan kita di masa lampau amatlah kental. Sistem guru-murid dibangun atas kharisma dan keahlian mumpuni sehingga murid berbondong-bondong datang berguru. Dalam sistem pesantren, ilmu tidak sebatas ilmu dunia apalagi sekadar ilmu mencari duit dan pekerjaan. Dalam pesantren itulah ilmu hidup dan mengarungi hidup diajarkan. Pendidikan di pesantren mengandalkan tidak hanya interaksi fisik yang intim namun juga batin yang kokoh. Semakin modern zaman, pendidikan berbasis pesantren pun bergeser dan berubah pola. Intensitas hubungan fisik dan batin mulai berkurang. Teknologi dan bahasa asing mulai menjadi andalan utama pesantren modern. Yang lebih kentara adalah peranan dan hubungan “guru-murid” yang mulai luntur. Menjamurnya model pendidikan berpatron asing dan kurikulum berbasis barat menjadi trend yang banyak diminati. Sementara itu, semakin sibuk anak-anak kita belajar akademis dengan persaingan yang cukup ketat di sekolah modern, belum memuaskan anak-anak kita. Mereka memerlukan tambahan jam belajar melalui privat atau bimbel berbasis online. Dalam situasi seperti itulah peranan guru makin dihilangkan. Mereka para guru tidak perlu lagi capek dan repot menerangkan beban pelajaran yang berat. Sebab anak dituntut bisa lebih banyak belajar secara mandiri. Dalam posisi yang seperi itulah kondisi guru kita saat ini. Bisakah guru-guru kita bertahan dengan modal pengetahuan dan pengalaman mumpuni menghadapi situasi yang demikian?. Bila yang diandalkan hanya intelektualitas dan juga metode tanpa kearifan dan kepedulian terhadap nasib anak didik kita ke depan? Maka bukan tidak mungkin sekolah kita ke depan adalah sekolah tanpa guru. Sekolah tanpa sentuhan fisik terlebih batin. Sekolah tanpa didikan adab apalagi kultur yang kita punya. Sekolah yang kehilangan jati dirinya di rumah bangsanya sendiri. Sumber gambar pixabay
  • Аቷ адрጵφኇцօσ еվ
    • Бιրխሡедиվи ጡоф
    • Вр аλቻሧоκըсвθ ухա
  • Ηеքεвεχиሿ уֆ
Hubungankurikulum dengan belajar dan pembelajaran. Hubungan kurikulum dengan belajar dan pembelajaran Dalam hal ini guru/pengajar tidak termasuk sebagai unsur sistem pembelajaran karena fungsinya dapat digantikan kepada media lain, misal : buku, internet dan lainnya. 4. Saylor menyatakan bahwa kurikulum dan pembelajaran bagaikan romeo
loading...Bahaya belajar ilmu agama tanpa guru dapat menyebabkan pemahaman yg keliru. Foto/dok tanyajawabfikih Menuntut ilmu wajib hukumnya bagi setiap muslim dan muslimah sejak dari ayunan hingga liang lahat. Demikian pesan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Anas bin hadis lain diterangkan "Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkan baginya jalan menuju surga." Keutamaan penuntut ilmu tholabul 'ilm ini juga mendapat ganjaran mulia dari Allah. "Sesungguhnya para Malaikat meletakkan sayap-sayapnya bagi pencari ilmu karena senang dengan apa yang dilakukannya."Pertanyaannya, bagaimana jika menuntut ilmu tanpa guru? Di zaman daring dalam jaringan saat ini banyak kita temui orang-orang berlajar sendiri tanpa guru. Bahkan, baru sedikit membaca buku dan belajar lewat Youtube, sudah berani berbicara di depan publik menjelaskan tentang hukum yang sesuai pemahamannya. Bukan dari pemahaman ilmu yang dipelajarinya dari guru-gurunya sanad. Habib Quraisy Baharun dalam satu tausiyahnya mengingatkan agar ilmu agama dipelajari dengan berguru, agar tidak salah paham atau pemahamannya salah."Sering kita dengar ungkapan, barangsiapa yang belajar tanpa guru, maka setan adalah gurunya. Kalimat ini banyak ditemukan dalam kitab-kitab tasawuf dan tarekat. Ini disebabkan karena Ilmu Syari’at seperti ilmu Fiqih, Tauhid, ilmu tasawuf dan tarekat adalah ilmu yang mengajarkan cara-cara dan kaidah-kaidah seorang hamba berhubungan dengan Allah," terang Dai lulusan Hadhramaut Yaman ini. Kalimat ini diungkapkan oleh ulama tasawuf Imam Abu Yazid Al-Busthami wafat 874 Mمَنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ أُسْتَاذٌ فَإِمَامُهُ الشَّيْطَانُ"Barang siapa yang tidak mempunyai guru, maka imamnya adalah setan."Sementara redaksi lain ditemukan dalam Tafsir Ruh Al-Bayan, karya Isma’il Haqqi Al-Hanafi wafat 1715 Mمَنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ شَيْخٌ فَشَيْخُهُ الشَّيْطَانُ"Barang siapa yang tidak mempunyai guru, maka gurunya adalah setan."Dengan demikian, seseorang tidak bisa mengamalkan ajaran-ajaran tasawuf atau tarekat bila tanpa bimbingan guru atau mursyid. Jika tidak, maka ia akan tersesat dan kehilangan arah. Ulama Tarekat Syadziliyah Syekih Ali bin Wafa wafat 1405 M mengatakan bahwa siapa pun yang menginginkan kesempurnaan tanpa melalui guru dan pembimbing, maka ia telah salah menempuh jalan. Ulama hadis Syeikh Abdurrahman bin Yazid bin Jabir wafat 770 M berkataلَا يُؤْخَذُ الْعِلْمُ إلَّا عَمَّنْ شُهِدَ لَهُ بِطَلَبِ الْعِلْمِ"Ilmu tidak diambil kecuali dari orang yang disaksikan bahwa ia mencari ilmu bukan dari orang-orang yang tidak diketahui pernah mencari ilmu."Seseorang yang ingin mempelajari lmu dunia, maka kebutuhan untuk belajar dengan seorang guru hukumnya relatif, tergantung pada subjek pengetahuan yang Quraisy menjelaskan, untuk ilmu-ilmu non-syariat, misalnya, pendidikan modern hari ini telah menyusun sistem pendidikannya dengan tujuan peserta didik memiliki kompetensi pengetahuan, kompetensi sikap, dan kompetensi keterampilan. Karena itu, mereka diharuskan untuk bersekolah atau mengikuti pelatihan yang di dalamnya terdapat guru dan pelatih hingga ia dinyatakan lulus dan kompeten. Jika tidak, maka keilmuannya dalam konteks ini akan diragukan dan demikian, terkait ilmu-ilmu non-syariat ilmu-ilmu duniawi seseorang boleh mempelajarinya tanpa guru selama ilmu itu bukanlah ilmu yang membutuhkan keahlian khusus, tidak berdampak langsung pada keselamatan jiwa manusia, dan mengharuskan adanya guru atau pembimbing.
BelajarTanpa Guru. Belajar Tanpa Guru. Al-bayan, Headlines | Senin, 18 Oktober 2021 Senin, 18 Oktober 2021. Berita Terkait. Tidak Ada Postingan Lagi. Tidak ada lagi halaman untuk dimuat. Selengkapnya. WaspadaTV. Populer Minggu Ini. Cegah Ancaman Kepunahan, Bupati Tapsel Lepas Ratusan Penyu.
Ma’had Aly – Menuntut ilmu adalah suatu kewajiban bagi setiap muslim. Kewajiban menuntut ilmu telah dianjurkan didukung beberapa dalil, sebagaimana hadis Nabi Muhammad SAW berikut طلب العلم فريضة علی كل مسلم و مسلمة “Menuntut ilmu hukumnya wajib bagi setiap orang muslim dan muslimat.“ Di dalam kitab Ta’lim Muta’alim karya Imam Az-Zarnuji dijelaskan bahwasanya tidak diwajibkan setiap muslim dan muslimat untuk menuntut semua ilmu, akan tetapi menuntut ilmu sebagaimana keadaannya. Menjadi santri yang menuntut ilmu menjadikan dirinya memiliki keutamaan dan derajat yang tinggi. Sebagaimana firman Allah SWT يرفع الله الذين امنوا منكم و الذين اوتوا العلم درجات “Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan mereka yang menuntut ilmu.“ Terlebih banyak keutamaan menuntut ilmu dijelaskan dalam banyak hadis Nabi. Seperti hadis berikut ini. من غدا لطلب العلم صلت عليه الملائكة و بورك له فی معيشته “Siapa orang yang pagi hari menuntut ilmu maka para malaikat akan membacakan shalawat untuknya dan diberkahi kehidupannya.“ Banyak fadhilah orang yang mencari ilmu, juga orang yang mengajarkan serta mereka yang mengamalkan ilmu. Mempelajari ilmu, terutama ilmu agama hendaknya dipelajari melalui guru walaupun keadaan zaman sekarang banyak ilmu praktis nan simpel tersedia di laman tertentu, contoh jika ibu jarinya mengetik satu dua kata yang ingin diketahuinya di tab pencarian, sudah banyak muncul jawaban dari persoalan yang ia tanyakan. Namun dari kemudahan itu, justru kenikmatan menimba ilmu tak didapatkannya. Orang yang belajar melalui seorang guru akan jelas sanad gurunya daripada orang yang belajar otodidak melalui media praktis. Dikhawatirkan bagi mereka yang belajar tanpa guru, akan mudah terjerumus ke dalam ajaran yang menyimpang dan membuat bingung diri sendiri, sebab tiada keteguhan dalam ilmu yang dipelajarinya. Maka dari itu, sangat tidak dianjurkan jika seseorang belajar tanpa guru. Ilmu didapat tidak cukup secara otodidak, akan tetapi yang paling penting adalah adanya sosok guru yang menjadi pembimbing agar tidak kesasar dalam mengarungi kehidupan dan juga dalam beragama. Di dalam kitab Bajuri disebutkan bahwa siapa yang tidak memiliki guru yang ia jadikan pembimbing, maka gurunya adalah syaitan. من لا شيخ له فشيخه الشيطان “Barang siapa yang tidak memiliki guru, maka gurunya adalah syaitan.“ أبو يزيد يقول من لم يكن له أستاذ فإمامه الشيطان Dalam redaksi lain, Abu Yazid berkata “Dia yang tidak memiliki guru, maka imamnya adalah syaitan.” يقول عبد الكريم القشيري الشافعي في رسالته المعروفة بالرسالة القشيرية يجب على المريد أن يتأدب بشيخ فإن لم يكن له أستاذ لا يفلح أبداً. “Abd al-Karim al-Qushayri al-Shafi’i mengatakan dalam risalahnya yang dikenal sebagai al-Risalah al-Qushayri bahwa seorang murid harus didisiplinkan oleh seorang syekh guru, dan jika dia tidak memiliki seorang guru, maka ia tidak akan pernah berhasil.” Bahayanya Belajar Tanpa Guru KH. Ahmad Baha’udin Nur Salim atau yang dikenal dengan Gus Baha’ menyampaikan di dalam kitab Adab Al-Alim wa Al-Muta’allim karya Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari, beliau berkata ان يصحح ما يقرٶه قبل حفظه تصحيحا جيدا اما علی الشيخ او علی غيره ممن يتقنه ” Seorang murid santri harus mentashih membenarkan bacaannya sebelum menjaganya dengan tashih yang benar kepada guru atau kepada orang yang diyakininya.“ Dari sini Gus Baha’ menegaskan bahwa orang yang belajar tanpa guru sangat berbahaya dan orang yang belajar harus mentashih bacaannya sebelum menjaga ilmunya. Dalam mentashih bacaan saja pun harus memiliki guru, terlebih banyak fan keilmuan lain yang wajib memiliki guru sehingga jelas sanad keilmuannya. Dapat diambil kesimpulan, orang yang belajar harus ada seorang yang membimbing dan juga ahli dalam keilmuannya. Ada suatu kisah seorang dokter yang bernama Tuma Al-Hakim. Orang tuanya ialah seorang dokter dan mewariskan banyak buku kedokteran kepadanya. Ia pun sibuk menelaah buku-buku dan membaca buku tersebut. Di saat ia membaca buku tersebut, ia menemukan kalimat berikut. الحبة السداء شفاء من كل داء “Habbatussauda’ jintan hitam adalah obat untuk segala penyakit.“ Buku yang ia baca sudah usang dan mengalami kesalahan saat ditulis. Alhasil satu titik huruf ba’ dalam penglihatannya menjadi dua titik, yakni huruf ya’. الحية السوداء شفاء من كل داء “Ular hitam adalah obat untuk segala penyakit.“ Disebutkan dalam beberapa kisah bahwa ia menyebabkan kematian banyak orang, sebab memberi obat yang terbuat dari ular hitam. Contoh tersebut menunjukkan bahwa betapa bahayanya jika seseorang menelaah atau belajar suatu ilmu tanpa guru. Olehsebab itu, tidak diperbolehkan belajaragama secara praktis lewat media-media sosial yang belum jelas dari lisan mana ilmu tersebut dinukil, karena hal itu akan menjadikan kesesatan bagi diri sendiri dan orang lain. Kontributor Robiihul Imam Fiddaroini, Semester 3 Post Views 3,699

tanpaadanya seorang guru, kita tidak bisa menjadi seperti yang sekarang ini, menjadi seseorang yang pandai akan segala hal yang ada dalam diri masing-masing, karena kemampuan yang dimiliki seorang itu dapat di tingkatkan melalui belajar, dan tanpa adanya seorang guru yang mengarahkan apakah kita sebagai seseorang yang belajar bisa mwlakukan

Anggota komunitas turut berpartisipasi dalam pembentukan aturan dan ekspektasi dari edukasi ini. Sekolah juga tidak mewajibkan kehadiran. Summerhill pada usianya yang hampir ke-100 tahun telah meluluskan banyak siswa. Siswa tak hanya belajar dasar-dasar edukasi saja, tetapi juga bidang akademik lainnya. Mereka mempelajari pelajaran hingga lulus tanpa ada keterpaksaan. Setiap manusia, termasuk anak-anak, memiliki caranya sendiri dalam menangkap pelajaran dan bagaimana mereka menerapkan pelajaran ke dalam kehidupan secara alami. Secara alami, mereka akan mengetahui cara memecahkan kemampuan alami manusia untuk belajar ini ditumpulkan dengan beragam aturan yang memaksa. Terkadang metode pembelajaran seperti ini tidak lagi dipandang mudah dan efektif bagi masing-masing individu. Meskipun di Indonesia memiliki sistem pembelajaran yang sudah ditetapkan secara nasional, orangtua dan guru perlu memberikan dukungan penuh untuk anak. Mengajari anak tanpa memaksa, tak ada salahnya kok Perlu orangtua ketahui bahwa anak-anak secara biologis diprogram untuk belajar. Pembelajaran dimulai ketika ia berada di masa kanak-kanak. Anak akan membutuhkan banyak informasi sebagai bekal untuk bertahan hidup dan berkembang ketika ia beranjak dewasa. Mungkin Anda tak bisa menghindarkan anak-anak untuk belajar menulis, membaca, atau matematika. Memang membutuhkan banyak usaha dan pelatihan intensif sehingga mereka mengerti pelajaran dasar tersebut. Orangtua sebaiknya tak perlu berekspektasi tinggi dalam mengajarkan anak. Karena proses tempuh setiap anak berbeda. Namun, ingatlah untuk mengajari anak tanpa memaksa. Ketika mengajarkan anak, orangtua maupun guru perlu kesabaran penuh. Beritahu anak untuk mencoba menyelesaikan apa yang dikerjakan. Jika mereka melakukan kesalahan saat belajar, tetap arahkan mereka untuk berpikir hingga menemui solusi atau hasil akhirnya. Meskipun sebagai pembelajar alami, anak masih tetap membutuhkan peran orangtua dan guru. Ingatkan bahwa anak menemukan kesulitan saat belajar, jangan takut untuk meminta bantuan orangtua atau guru. Bagaimanapun komunikasi penting sebagai bentuk pembelajaran anak. Sehingga pada masa yang akan datang, mereka memiliki cara tersendiri untuk menyelesaikannya. Anak akan lebih mudah mencerna ketika orangtua atau guru mengajari mereka tanpa memaksa. Ketahuilah bahwa tiap anak memiliki kecepatan dan kemampuan belajar yang berbeda. Terkadang tekanan dalam belajar membuatnya mudah stres, sehingga ia sulit mengerti pelajaran yang diterimanya. Oleh karenanya, anak membutuhkan suasana yang rileks, tenang, dan santai dalam kegiatan belajarnya. Dukungan suasana juga membantu mereka menangkap pelajaran yang diterimanya. Sebagai pendamping, perlu diingat setiap anak memiliki proses belajar yang berbeda. Pujilah ketika ia berhasil melakukan pencapaian apapun hasilnya. Pendamping menjadi agen motivasi anak lebih maju. Maka itu, penting untuk mengajari anak tanpa memaksa. Tips mendidik anak tanpa memaksa Mengajari anak tanpa memaksa mendukung ia berpikir jernih ke depan dalam menghadapi masalah dan mencari solusi. Orangtua sebagai pendamping bertugas memotivasi anak. Dukungan orangtua bisa menjadi kekuatan anak untuk mencapai tujuannya. Berikut tips mendidik anak yang bisa Anda terapkan. 1. Pahami kekuatan anak Sebagai orangtua, Anda perlu mengetahui kekuatan dan kelebihan anak terhadap hal yang disukainya. Kemudian, cobalah memotivasinya untuk melakukan tantangan selanjutnya. Misalnya, ketika anak suka menulis cerita, motivasi ia untuk mengikuti lomba menulis cerpen. Kemudian dukung ia untuk menulis buku kumpulan cerpen dari hasil karya yang telah ia buat. 2. Tetap di samping anak ketika ia gagal Mengajari anak tanpa memaksa bisa dilakukan dengan memberikannya semangat sehingga ia tetap berkomitmen dengan melakukan hal yang menjadi kelebihannya. Terkadang jalan hidup tidak semulus yang dibayangkan. Saat anak berusaha menjalani hal yang disukainya, pada satu waktu ia gagal. Misalnya, anak hobi menari balet. Pada masanya ia pentas, anak terjatuh di atas panggung. Sementara penonton yang lain tertawa dan teman-temannya pun mengejeknya. Tetaplah berada di sampingnya dan bangun semangat dan kepercayaan dirinya, besarkan hatinya. Saat ia gagal, cobalah katakan “Tidak apa-apa, Nak. Kamu sudah lakukan yang terbaik. Ke depannya Ibu/Ayah yakin kamu bisa. Kita hadapi bersama, jangan takut ya.” 3. Pujilah anak atas pencapainnya Setelah beragam proses yang dilalui anak, pujilah anak pada tiap pencapaiannya. Pujian menumbuhkan kepercayaan diri anak untuk tetap maju dan berkembang. Pencapaiannya tak mudah, karena anak melalui proses belajar yang melelahkan dan tak mudah. Cara sederhana ini dapat Anda lakukan sebagai langkah mengajari anak tanpa memaksa.
. 453 251 38 329 215 433 337 234

belajar tanpa guru bagaikan